Kondisi ini akan diperparah dengan Indonesia yang baru memasuki musim kemarau.
Dampak El-Nino
Kondisi kekeringan yang terjadi akibat musim kemarau dan El-Nino ini tentu akan memperburuk keadaan pertanian dan mempengaruhi sektor pangan Indonesia.
Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Ketua BMKG, Dwikorita Karnawati. Melalui laman BMKG, Jumat (11/8/23), ia menyebutkan, pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim.
Sejalan dengan itu, ia juga menyebutkan diperlukan adanya upaya aktif dari pihak terkait untuk mengantisipasi. Mulai dari melakukan mitigasi hingga adaptasi. Jika hal ini tidak dilakukan, ketahanan pangan nasional akan terancam.
Beberapa cara mitigasi dan adaptasi yang disarankan oleh BMKG, yaitu melakukan gerakan panen hujan, memasifkan gerakan hemat air, dan menyiapkan tempat cadangan air untuk puncak kemarau.
Daerah Terancam Kemarau
Menurut BMKG, musim kemarau kali ini akan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Curah hujan yang rendah akan menyebabkan kekeringan ekstrim di beberapa wilayah. Berdasarkan dampak El-Nino yang lalu, BMKG memperkirakan akan terjadi curah bulanan dengan kategori rendah. Namun, sebagian wilayah tanpa hujan sama sekali hingga bulan Oktober nanti.
Beberapa daerah yang akan mengalami kekeringan dan curah hujan rendah antara lain Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung, seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.