Pertama, warga NU saat ini sudah memiliki kesadaran politik yang cukup tinggi dan dapat menilai secara obyektif siapa kader NU yang selama ini berkhidmat kepada umat dan menjaga ahlussunnah wal jamaah.
Kedua, di akar rumput irisan para loyalis Gus Muhaimin tidak terpisahkan dengan penggerak NU, baik struktural maupun kultural.
‘’Di Jawa Timur dan Jawa Tengah khususnya, penggerak NU, Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU dan banom lainnya itu irisan politiknya ya mayoritas ke PKB. Minimal jadi simpatisan PKB, bahkan yang memilih berafilifasi dengan partai lainpun, pilihan presidennya ya tetap ke pasangan yang ada NU dan PKB-nya’’ lanjut Awan.
Selain itu, Awan juga berharap lembaga-lembaga survei tidak lagi main-main dengan model dan metode yang digunakan dengan mengarahkan hasil survey kepada kandidat tertentu.
Baca Juga: Santer Gibran Cawapres Prabowo, Ahok: Belum Pengalaman, Jadi Wali Kota Saja Baru Tiga Tahun
Sebab, kalau itu terus dilakukan, fenomena arus bawah tidak akan terpotret dengan model-model survei seperti itu. Bahkan, lama-lama, lembaga surveI tidak lagi dipercaya masyarakat.
"Beberapa simpatisan kami yang menjadi random sampling survei menyampaikan, dari daftar pertanyaan survei memang tidak memasukkan nama Gus Muhaimin sebagai Capres atau Cawapres," ujar Awan.
"Bahkan pasca dideklarasikanpun, belum ada lembaga survei yang memasukkan prediksi bahwa pasangan AMIN bakal lolos putaran kedua. Padahal arus perubahan di bawah tak terbantahkan,’’ lanjut Awan.***
Baca Juga: 3 Alasan Anis Matta Pilih Gibran Rakabuming Raka Sebagai Cawapres Pendamping Prabowo