"Saya menilai ada saling tidak percaya untuk mampu melengkapi kekurangan. Dan hanya mewakili kepentingan elit daripada kelompok yang lebih besar. Pendaftaran, tidak mampu mendongkrak (elektabilitasnya)," kata Arif.
Baca Juga: Ahok Sebut Ganjar-Mahfud Pasangan Pemberani: Korupsi Diberantas, Birokrasi Diperbaiki
Bahkan, dibukanya pendaftaran di KPU ini membuat Prabowo Subianto galau antara harapan mendapatkan dukungan dari Joko Widodo (Jokowi) atau mempertahankan kesolidan partai politik koalisi.
Dalam kondisi ini, Prabowo Subianto dinilai sedang tersandera oleh Jokowi.
"Prabowo sekarang galau terombang-ambing mempertahankan partai anggota koalisi dan ingin mendapatkan dukungan Jokowi," ucap Arif.
Arif Nurcahyo mengatakan, kubu Prabowo bingung untuk menentukan Cawapres. Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo yang sekaligus putra Jokowi tidak segera dipinang.
Baca Juga: Santer Gibran Cawapres Prabowo, Ahok: Belum Pengalaman, Jadi Wali Kota Saja Baru Tiga Tahun
Padahal, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batasan umur Capres-Cawapres telah membuka peluang lebar.
"Awalnya, beri karpet merah ke Gibran. Tapi setelah ada putusan dari MK, tidak segera dicawapreskan. Ini karena ada penolakan keras. Kubu Prabowo berpikir ulang," terangnya.
Hadir sebagai narasumber Ari Nurcahyo (Direktur Eksekutif PARA Syndicate), Ray Rangkuti (Direktur Lingkar Madani/LIMA Indonesia), dan Lucius Karus (Peneliti FORMAPPI).
Baca Juga: Soal Kesehatan Capres-Cawapres, PB IDI: Proses Pemeriksaan harus Independen dan Imparsial
Di sisi lain, Ray Rangkuti melihat proses pendaftaran para pasangan Bacapres-Bacawapres di KPU lalu.
Ia menilai mekanisme pendaftaran ke KPU kemarin terlalu seremonial.
"Waktu penyerahan berkas ada yang beda. Kubu Anies-Imin yang menyerahkan Surya Paloh, tapi Ganjar, dia menyerahkan sendiri," kata Ray Rangkuti.***
Baca Juga: Erick Thohir Cawapres Prabowo Lebih Kuat, Peneliti: Lebih Jelas Hubungannya dengan NU