Selain itu, para pemimpin negara Islam ini juga meminta dibukanya perizinan untuk bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut dan menghentikan ekspor senjata ke Israel setelah pertemuan di Riyadh.
Baca Juga: Soroti Putusan MK, Ganjar Mengaku Gelisah Dengan Kondisi Demokrasi dan Keadilan yang Dihancurkan
Pertemuan ini menuntut Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri serangan di Gaza.
Kemudian, Pengadilan Kriminal Internasional diminta untuk menyelesaikan penyelidikan kejahatan perang Israel, penggunaan senjata kimia, dan permintaan untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Awalnya, hanya 22 anggota Liga Arab yang diharapkan berpartisipasi. Akan tetapi, pertemuan tersebut kemudian diperluas hingga mencakup Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Asosiasi ini lebih luas terdiri dari 57 negara mayoritas Muslim yang merupakan anggota negara-negara Liga Arab.
Baca Juga: Soroti Putusan MK, Ganjar Mengaku Gelisah Dengan Kondisi Demokrasi dan Keadilan yang Dihancurkan
Akan tetapi, Hashem Alhebarra, wartawan dari Aljazeera menyatakan, hasil akhir yang tercetus dari pertemuan ini masih samar-samar.
Ia mengatakan, negara-negara Islam ini tidak memiliki mekanisme yang khusus untuk dapat melakukan gencatan senjata di Gaza.
“Masyarakat memahami bahwa Israel tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi pada pertemuan puncak antara pemimpin OKI dan Liga Arab. Ketika Anda melihat komunike tersebut, Anda mendapat kesan bahwa para pemimpin Arab dan Muslim tidak memiliki mekanisme untuk mendorong gencatan senjata dan koridor kemanusiaan,” kata Ahelbarra.
Baca Juga: Fatwa MUI Terbaru: Hindari Penggunaan Produk Afiliasi Israel
“KTT ini hanya demi kesatuan di dunia Arab dan Muslim. Itu adalah pernyataan yang dipermudah. Tidak semua pemimpin Arab memutuskan untuk menghadiri KTT ini karena besarnya perbedaan dan perpecahan di antara para pelaku utama KTT tersebut. Makanya mereka menaruh pernyataan samar-samar itu untuk konsumsi masyarakat,” lanjutnya.
OKI mencakup negara-negara anggota dari seluruh dunia Islam, termasuk tetangga wilayah Palestina, Mesir, dan Yordania, Lebanon, Turki, dan Irak.
Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas mengatakan, tidak ada lagi solusi keamanan yang berhasil menahan serangan di Gaza.
Baca Juga: Resmikan Kantor FIFA, Jokowi: Bukti Indonesia Miliki Potensi Besar Dalam Memajukan Persepakbolaan