Arahpublik.com - Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto menegaskan, Indonesia harus menjadi negara yang mandiri dan mampu mengelola kekayaan yang dimiliki dengan hati-hati.
Ia juga mengingatkan, dalam intensi bangsa lain itu tidak ada teman yang abadi. Yang ada hanya kepentingan yang abadi.
Hal tersebut diungkapkan Prabowo saat melakukan pertemuan dengan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) di Graha Oikumene, Jakarta, Jumat (19/1/2024).
"Saya selalu ingatkan hati-hati karena persaingan antara bangsa kejam. Jangan mengira bangsa lain sayang dengan kita. There are no permanent friend and no permanent enemy, only permanent interest," katanya.
Prabowo menjelaskan, yang dimaksud dari kepentingan abadi (permanent interest) ialah keinginan sebuah negara untuk selalu memenuhi kebutuhan bangsanya sendiri.
Karena itu, Indonesia harus bijaksana lantaran kekayaan alamnya banyak diinginkan oleh bangsa lain, sejak ratusan tahun lalu.
"Kepentingan abadi adalah ingin hidup cukup oleh semua bangsa, semua kelompok etnis, semua negara, semua kelompok manusia," ujarnya.
"Dan yang punya kekayaan (untuk) memungkinkan hidup sejahtera di antaranya Indonesia. Apa yang kita tidak punya? Iya kan," sambungnya.
Baca Juga: Tegas, Prabowo-Gibran Berpihak Penuh Terhadap Upaya Konservasi Alam Indonesia
Jika dikelola dengan baik, Indonesia mampu menjadi lumbung pangan dunia. Selain itu, terdapat potensi besar menciptakan swasembada energi melalui pemanfaatan green energy.
"Energi kita nanti green tidak banyak negara bisa seperti kita, 100 persen kita bisa green energy dan 100 persen dari dalam negeri kita sendiri," kata Prabowo.
Ia mencontohkan, biosolar kini sudah diolah sebagian dari kelapa sawit. Ketika diolah 100 persen, maka Indonesia diperkirakan mampu menghemat sekitar 25 milyar dolar per tahun.
"Sekarang bisa bikin B35 persen solar dari kelapa sawit. Saya sudah bicara dengan beberapa pakar, kita bisa nanti B100 (atau) 100 persen solar dari kelapa sawit," ucapnya.