Baca Juga: 18 Bulan Disandera KKB, Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens Akhirnya Dibebaskan Tanpa Syarat
Sementara, yang lain telah menyatakan kekhawatiran tentang berbagai masalah yang terkait dengan pembangunan tanggul, termasuk dampaknya terhadap industri lokal dan lanskap pesisir laut.
Mereka juga mempertimbangkan biaya konstruksi, biaya untuk generasi mendatang, serta dampak negatif terhadap lingkungan alam.
Namun, tanggul laut raksasa tersebut melindungi wilayah timur di Jepang dari gelombang yang menghancurkan banyak kota lainnya.
Baca Juga: Hadiri Forum APLMA di New York, SBY Pamit Kepada Presiden Jokowi Sebagai Etika Politik
Selain Iwate, terdapat juga Miyagi dan Fukushima yang mengalami kerusakan serius akibat tsunami yang menerjang di wilayah timur Jepang tersebut.
Siapa yang menyangka, bahwa di antara reruntuhan pantai timur laut Jepang, ada desa kecil yang berdiri tegak seperti sebelumnya setelah bencana tsunami menerjang mereka.
Yaitu Fudai, sebuah pedesaan di Iwate yang bertahan dari terjangan tsunami pada tahun 2011, berkat tembok besar yang sebelumnya dianggap sebagai ide yang ceroboh dari pemerintah Jepang.
Baca Juga: Hotman Bagikan Momen IShowSpeed Berpesta di Kelab Miliknya: Thank You For Coming!
Tsunami menghantam pantai berpasir putih di teluk, meninggalkan puing-puing dan pohon tumbang.
Berkat keberadaan Giant Sea Wall Tohoku, tidak ada rumah yang tersapu. Bahkan, rumah-rumah itu hampir tidak terkena air.
Hebatnya Fudai hampir tidak tersentuh, yang berada di balik tanggul laut besar yang berada di pesisir laut wilayah Iwate.
Baca Juga: Akui Ada Masalah, Menpora Dito Minta Maaf di Malam Penutupan PON Aceh-Sumut 2024
Tercatat, 3.000 penduduk yang tinggal di wilayah pegunungan berhutang nyawa kepada mendiang walikota mereka bernama Kotaku Wamura.
"Butuh banyak biaya. Namun, tanpa itu, Fudai pasti sudah punah," kata nelayan rumput laut bernama Satoshi Kaneko yang tinggal di Fudai.