Menurut Buku 'Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas' karya Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof. Firmanzah yang terbit pada 2012, menyebut marketing politik adalah sebuah cabang ilmu yang masih baru.
"Memang dapat dikatakan masih bayi, tetapi sesungguhnya di dalam praktik telah diterapkan sejumlah strateginya," tulis Firmanzah.
"Para politikus masa kini maupun masa lalu telah memperlakukan massa politik sebagai pasar yang harus dipersaingkan dan diperebutkan," terangnya.
Sebab, gagasan politik dari pemimpin partai memerlukan strategi untuk dapat diterima oleh masyarakat luas.
Baca Juga: Pameran Otomotif GIIAS Bandung 2024, Ini Lokasi Parkir yang Aman dan Nyaman Bagi Pengunjung
Di sisi lainnya, marketing politik ini juga dapat menurunkan kualitas demokrasi. Hal tersebut karena banyak partai yang melakukan marketing politik tanpa ide atau gagasan yang jelas.
Popularitas yang ditawarkan artis dianggap menjadi modal kuat dalam pemilu, namun perlu juga menimbang potensi kepuasan masyarakat terhadap kinerja mereka.***