Burhanuddin menilai, ada perbedaan pada periode pertama SBY menjabat sebagai presiden. Pada November 2004, approval rating SBY langsung 80 persen.
"Pak Jokowi tak setinggi SBY karena pertama, Pak Jokowi itu setelah dilantik langsung menaikkan harga BBM,” kata Burhanuddin.
“Jadi langsung masa bulan madu dengan publik cepat selesai, kenaikan BBM punya dampak ke inflasi," tambahnya.
Selain itu, secara demografi tingkat kepuasan pada Jokowi paling tinggi berasal dari etnis Jawa dengan 80,4 persen.
Baca Juga: Cak Imin Buka Festival Palang Pintu ke-XVI: Jaya Terus Sampai Kiamat
Selain Jawa, etnis Madura, Bugis, dan Melayu, juga menunjukkan tingkat kepuasan di atas 70 persen atas kinerja Jokowi.
Survei Lainnya Terhadap Kepuasan Publik di Era Jokowi
Hasil survei Indikator lainnya, mengenai kepuasan masyarakat soal kondisi ekonomi hingga penegakan hukum di era Jokowi adalah sebagai berikut:
- Kondisi ekonomi: sangat baik 1,1 persen, baik 28,5 persen, sedang 44,8 persen, buruk 22,1 persen, sangat buruk 2,8 persen, tidak tahu 0,7 persen.
- Kondisi politik: sangat baik 2,1 persen, baik 30,6 persen, sedang 43,4 persen, buruk 16 persen, sangat buruk 2,5 persen, tidak tahu 5,5 persen.
- Kondisi penegakan hukum: sangat baik 2,5 persen, baik 39,3 persen, sedang 33,7 persen, buruk 19,9 persen, sangat buruk 2,9 persen, tidak tahu 1,6 persen.
- Kondisi ekonomi nasional dibanding tahun lalu: jauh buruk 2,7 persen, lebih buruk 22,8 persen, tidak ada perubahan 39,5 persen, lebih baik 31 persen, jadi lebih baik 2,7 persen, tidak tahu 1,2 persen.
Survei Indikator Politik Indonesia ini melibatkan 3.540 responden di seluruh Indonesia.
Periode survei Indikator Politik ini mulai dilakukan pada 22 sampai 29 September 2024.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Sementara, margin of error survei sekitar 2,3 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.***