“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif,” demikian disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono.
“Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, kecuali kita berpartisipasi aktif di semua forum,” sambungnya.
Ia mengatakan Indonesia ingin melihat apakah prioritas BRICS sesuai dengan program kerja Kabinet Merah Putih, antara lain terkait ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan ataupun pemajuan sumber daya manusia.
Baca Juga: Melejit! BRI Sukses Berdayakan Bisnis Klaster Petani Salak Pondoh dari Kabupaten Karo
Melalui BRICS, Indonesia ingin mengangkat kepentingan bersama negara-negara berkembang atau Global South.
“Kita lihat BRICS dapat menjadi kendaraan yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama Global South,” kata Menlu Sugiono.
“Namun kita juga melanjutkan keterlibatan atau keterlibatan kita di forum-forum lain, sekaligus terus melanjutkan diskusi dengan negara maju,” lanjutnya.
Baca Juga: Program Pemberdayaan BRI Sukses Bikin UMKM Klaster Usaha Manggis di Bali Perluas Jaringan Pemasaran
Sekadar informasi, BRICS adalah kelompok informal yang awalnya beranggotakan Brasil, Rusia, India, RRT, dan Afrika Selatan.
Kelompok ini pertama kali diinisiasi pada tahun 2006 untuk membahas isu-isu terkini global.
Keanggotaannya dibahas pada tahun 2023 dengan bergabungnya Ethiopia, Iran, Mesir, dan Persatuan Emirat Arab.***