Acara tersebut, dihadiri oleh sekira 12 ribu jemaat dari berbagai gereja di wilayah Jabodetabek, serta Aparatur Sipil Negara (ASN), anggota TNI, Polri, dan BUMN.
Momentum itu menjadi ajang kebersamaan umat Kristiani untuk merayakan kasih dan damai Natal, sekaligus memperkuat semangat keberagaman dan persatuan bangsa.
Makna Kain Bantenan
Sebagaimana diketahui, Kain Bentenan merupakan wastra khas asal Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut).
Dalam tradisi masyarakat Minahasa, Kain Bentenan memiliki fungsi sakral yang digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti pembangunan rumah, penentuan masa tanam, hingga saat berperang.
Wastra ini juga memainkan peran penting dalam upacara daur hidup, termasuk untuk menyelimuti bayi yang baru lahir, dikenakan pada pernikahan, hingga digunakan dalam upacara kematian.
Namun, Kain Bentenan sempat menghilang dari peredaran sebelum akhirnya kembali dikembangkan dan diproduksi secara komersial.
Baca Juga: Peringatan Kementan RI: Waspada Hoaks Brigade Pangan di Media Sosial, Begini Cara Menghindarinya!
Upaya ini menjadi langkah penting dalam melestarikan warisan budaya Nusantara.
Kain Bentenan kini dibuat menggunakan pewarna alami dari tumbuhan lokal, seperti pohon Taun, Lelenu, Sangket, dan Semak Lenu.
Kain ini juga dikenal dengan ragam motifnya yang khas, di antaranya Tonilama, Kokera, Pinatikan, Sinoi, Tinontom Mata, Tinompak Kuda, dan Kaiwu Patola, yang masing-masing memiliki cerita dan filosofi tersendiri.***