Baca Juga: Refleksi Kemerdekaan: Kota Berkelanjutan untuk Indonesia Maju
Dari sisi kebijakan fiskal, kata Presiden Jokowi, Indonesia termasuk salah satu yang paling efektif dalam menangani pandemi dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia juga lebih rendah dibandingkan sejumlah negara, seperti Malaysia, sebesar 66,3 persen, Tiongkok 77,1 persen, dan India 83,1 persen.
“Defisit fiskal Indonesia sudah kembali di bawah 3 persen PDB, satu tahun lebih cepat dari rencana awal,” jelas Presiden Jokowi.
Baca Juga: Cerita Anggota Paskibraka dari Perwakilan Provinsi Baru: Rela Tempuh Perjalanan Jauh
Rasio utang Indonesia juga salah satu yang paling rendah di antara kelompok negara G20 dan ASEAN.
Bahkan, menurutnya, telah menurun dari 40,7 persen PDB di tahun 2021 menjadi 37,8 persen per Juli 2023.
Lanjut, Presiden Jokowi mengatakan, pentingnya strategi dan kebijakan yang tepat dalam menghadapi perubahan lanskap global yang sangat cepat.
Khususnya kata dia, karena pergeseran geopolitik. Kondisi ini dapat menciptakan disrupsi rantai pasok yang meningkatkan risiko krisis pangan, energi, serta keuangan dunia.
“Konstelasi global harus disikapi dengan strategi kebijakan yang jitu dan antisipatif,” ucap Presiden Jokowi.
“Kebijakan ekonomi dan fiskal harus mampu mentransformasi ekonomi untuk menghadapi tantangan hari ini dan ke depan,” lanjutnya.
Selain itu, kata Presiden Jokowi, ketahanan pangan dan energi serta transformasi manufaktur menjadi sangat penting.
“Di sisi lain, industri pertahanan harus dibangun secara kompetitif untuk menjawab kebutuhan pertahanan keamanan Indonesia,” pungkasnya.***