ekobis

Kisah Inspiratif: Pemilik Miniso Ini Dulunya Anak Petani, Sekarang Berharta Rp40 Triliun, Berawal dari Imajinasi Liar

Jumat, 1 November 2024 | 15:26 WIB
Potret Pemilik Miniso, Jack Ye. Berikut ini kisah sang anak petani yang kini memiliki kekayaan mencapai Rp40 triliun.  (Foto: miniso.com)

Arahpublik.com - Perusahaan ritel yang menjual aneka barang, Miniso, baru-baru ini berhasil menggemparkan para Potterhead Tanah Air dengan produk kolaborasinya bersama Harry Potter.

Pecinta film garapan J.K Rowling itu datang berbondong-bondong hingga rela antre panjang di berbagai jaringan toko Miniso, demi mendapatkan koleksi Harry Potter.

Miniso juga sudah dikenal masyarakat sebagai ritel penjual barang yang tersebar di sejumlah pusat perbelanjaan di Indonesia.

Baca Juga: Akibat Kelakar Buruknya, CEO Intel Pat Gelsinger Merana Usai TSMC Cabut Diskon 40 Persen Untuk Pasokan Chipnya

Namun, apakah para pelanggan setianya tahu siapakah sosok pemilik Miniso? Berikut ini ulasan selengkapnya:

Mengenal Sosok Pemilik Miniso

Pemilik sekaligus pendiri Miniso itu bernama Ye Guofu atau akrab disapa Jack Ye. Ia berasal dari China.

Baca Juga: Dukung Program Prabowo, Pemprov Jateng Mulai Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Tiga Daerah Ini

Dikutip dari The Richest, Jack Ye bukanlah sosok dari kalangan orang kaya, melainkan dibesarkan oleh keluarga petani yang tinggal di Provinsi Hubei, China.

Kondisi keuangan keluarganya yang terbilang pas-pasan, tidak mematahkan semangat Jack Ye muda untuk melanjutkan studi di Manajemen Ekonomi di Zhongnan University of Economics and Law di China.

Setelah lulus, Jack Ye pindah ke Provinsi Guangdong dan mulai bekerja sebagai sales di toko pipa baja.

Baca Juga: BRI Cetak Laba Rp45,36 Triliun hingga Akhir Triwulan III 2024: Konsisten Perkuat Fundamental Kinerja

Sambil bekerja, pemilik Miniso itu juga mengasah keahliannya dalam berbisnis dengan menjual berbagai produk aksesoris dan kerajinan tangan.

Miniso bukanlah toko pertamanya. Jack Ye sebelumnya pernah mendirikan bisnis perdananya bernama 'Arayaya' yang kemudian bangkrut.

Padahal, mayoritas produk di toko itu hanya dijual sangat murah untuk ukuran masyarakat lokal China, yakni seharga 10 yuan atau sekitar Rp20.000-an.

Halaman:

Tags

Terkini