• Jumat, 22 November 2024

Prabowo Soroti Anggaran Stunting Rp10 M yang Kurang Efisien, Program Makan dan Susu Gratis Jadi Solusi

- Minggu, 4 Februari 2024 | 11:31 WIB
Prabowo Subianto di acara Trimegah Political and Economic Outlook 2024. (Foto: Istimewa)
Prabowo Subianto di acara Trimegah Political and Economic Outlook 2024. (Foto: Istimewa)

Arahpublik.com - Calon Presiden (Capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto turut menyoroti anggaran stunting di Indonesia yang penggunaannya dinilai kurang efisien.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga pernah mengeluhkan soal anggaran stunting tersebut.

Hal itu diungkapkan oleh Prabowo di acara 'Trimegah Political and Economic Outlook 2024', Jakarta, Rabu (31/1/2024).

"Bahkan sudah berkali-kali Pak Jokowi menemukan kasus yang paling besar. Kasus anggaran stunting beliau periksa satu-satu di daerah, anggaran stunting biayanya kalau nggak salah Rp10 miliar," katanya.

Baca Juga: Berharap Program Jokowi Dilanjutkan, Bala Muda 08 Jateng Komitmen Ajak Anak Muda Dukung Prabowo-Gibran

Prabowo mengungkapkan, dari total Rp10 miliar, untuk anggaran stunting tersebut sekitar Rp8 miliar. Di antaranya dipergunakan bukan untuk membeli makanan dan susu.

"Rp8 miliar dipakai perjalanan dinas, rapat kerja, simposium. Hanya Rp2 miliar dipakai untuk beli susu dan telor untuk anak-anak," ujarnya.

Karena itu, dalam salah satu programnya bersama Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka, Prabowo mendorong lebih gencarnya program makan siang dan susu gratis.

Nantinya, makan siang dan susu tersebut diberikan kepada anak-anak Indonesia di sekolah agar pencegahan stunting menjadi efisien.

Baca Juga: Sempat Disebut Tak Miliki Empati Soal Perceraian Ria Ricis, Kemal Pahlevi: Tidak Bercanda, Vlog Itu Bisa Jadi Edukasi Buat Gue

"Jadi salah satu program yang saya canangkan, free lunch for all children in Indonesia. Jadi, free lunch kita sudah hitung. Free lunch ini ternyata langkah strategis," ucapnya.

Prabowo melanjutkan, program makan siang dan susu gratis sudah dilaksanakan di 76 negara di dunia.
Bahkan, termasuk sejumlah negara yang pendapatan perkapitanya setengah dari Indonesia, seperti Kamboja, India, dan Malaysia.

"India sudah melaksanakan kalau nggak salah lima tahun lebih. Kamboja dan Malaysia, mereka berani melaksanakan. Menurut saya, ini jawaban untuk stunting, terhadap investment for growth," tuturnya.

Baca Juga: Mahfud MD Undur Diri dari Kabinet KIM, Jokowi Tunjuk Tito Karnavian Jadi Plt Menko Polhukam

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Al-Afgani Hidayat

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X