Arahpublik.com - Sebanyak 32 kematian di Gaza disebabkan kekurangan gizi, termasuk 28 di antaranya anak-anak di bawah lima tahun.
Sementara itu, 50.000 anak lainnya memerlukan perawatan medis segera lantaran kekurangan gizi akut.
Hal tersebut berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di laman resminya.
Hingga saat ini, lebih dari 8.000 anak-anak telah didiagnosis dan dirawat karena kekurangan gizi akut, termasuk 1.600 anak-anak dengan kondisi paling berbahaya.
Selain itu, PBB mengatakan, lebih dari 50.000 anak di Jalur Gaza memerlukan perawatan medis segera karena kekurangan gizi akut.
Lonjakan jumlah anak yang mengalami malnutrisi ini disebabkan oleh perawatan yang terus menerus berkurang.
Hanya dua dari tiga pusat stabilisasi nutrisi khusus untuk anak-anak yang mengalami kekurangan gizi parah di Gaza yang masih buka.
Selain itu, PBB juga mencatat, sebanyak 480 serangan terhadap layanan kesehatan di Tepi Barat sejak 7 Oktober mengakibatkan 16 kematian dan 95 cedera.
Baca Juga: Pertama Kali, Pemerintah Terapkan Skema Murur Dalam Pergerakaan Jemaah Indonesia Dari Arafah ke Mina
Hal tersebut terus memperburuk jumlah persediaan alat medis yang hancur bersamaan dengan serangan sadis itu.
Salah satu penyeberangan darat utama di Rafah juga telah ditutup sejak pasukan Israel merebut wilayah tersebut awal bulan lalu.
Langkah ini meningkatkan kekhawatiran akan kelaparan di Gaza selatan dan tengah.
Melihat fenomena kelaparan yang terus dialami oleh anak Palestina, Juru bicara UNICEF, James Elder menggambarkan betapa sulitnya menyalurkan bantuan ke seluruh wilayah pesisir yang dilanda perang.