kesehatan

Sammy Basso, Penyintas Penyakit Langka yang Meninggal Dunia: Hidup Bahagia dan Warisan yang Ditinggalkannya di Dunia Sains

Senin, 7 Oktober 2024 | 19:20 WIB
Potret Sammy Basso. (Foto: Intagram.com/@sammybasso)

Baca Juga: Latihan Perdana Timnas Indonesia Diikuti 15 Pemain, Shin Tae-yong Fokus Pemulihan Fisik Jelang Lawan Bahrain

Sementara itu, asosiasi itu juga memperkirakan kemungkinan ada sebanyak 350 kasus karena sulit dilacak terutama di negara berkembang.

Progeria dikenal dengan nama Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome (HGPS), membuat pengidapnya tampak lebih tua dari usianya.

Para penyintas penyakit ini divonis akan mengalami kualitas hidup yang berkurang dan harapan hidup hanya 13,5 tahun tanpa pengobatan.

Baca Juga: Peparnas XVII 2024 ‘Bedo Nanging Digdoyo’, Jokowi Serukan Kesetaraan Bagi Atlet Penyandang Disabilitas

Pencipta Obat Pertama Progeria

Sammy Basso menjadi sukarelawan untuk uji klinis yang menjadi obat pertama penyakit genetik tersebut.

Obat pertama yang diciptakan Sammy Basso bersama asosiasinya itu akan membantu mencegah penumpukan protein beracun.

Baca Juga: Menpora Dito Sebut Peparnas Bukti Komitmen Pemerintah Teguh Perjuangkan Kesetaraan Olahraga bagi Penyandang Disabilitas

Selain itu, Asosiasi Progeria mengklaim obat tersebut akan memperlambat perkembangan gejala dan memperpanjang harapan hidup bagi para penyandangnya.

Direktur Medis Progeria Research Foundation Leslie Gordon menilai pemikiran Sammy Basso sangat kompleks.

"Tidak mungkin menggambarkan Sammy secara lengkap, karena pikirannya sangat kompleks," kata Leslie Gordon sebagaimana dikutip dari STAT, pada Senin, 7 Oktober 2024.

Baca Juga: Baparekraf Developer Day 2024 di Yogyakarta: Dorong Ekosistem Digital yang Inklusif dan Kompetitif

Leslie mengaku telah mengenal Sammy Basso sejak penyintas progresia itu masih berusia lima tahun.

Selain itu, Leslie mengatakan terkait penemuan obat pertama untuk penyakit tersebut telah meningkatkan harapan hidup bagi para penyintas progeria.

Halaman:

Tags

Terkini