"Hb pasien 8,7 seharusnya di atas 11,0 dan profil darah lainnya mengarah ke anemia defisiensi besi," terangnya.
- Kekurangan Zat Besi
Jati Kusuma menjelaskan, defisiensi besi termasuk kekurangan mikronutrien yang sulit terdeteksi.
"Anemia defisiensi besi ini termasuk kekurangan mikronutrien yang sulit terdeteksi, jadi kekurangan mikronutrien besi (malnutrisi) ini tidak bergejala," terangnya.
Baca Juga: Pengelolaan Aset Wealth Management BRI Tumbuh 23,05 Persen, Nasabah Prioritas Capai 161 Ribu
Jati Kusuma mengklaim orang tua sang pasien tidak pernah mengecek kadar Hb tersebut karena anak yang tampak aktif dan ceria.
Namun, hasil laboratorium anemia ini akhirnya diketahui saat sang anak dirawat karena jatuh sakit.
"Sebelumnya orang tuanya tidak pernah mengecek kadar lab darah karena anak tampak aktif dan ceria, tidak pernah sekalipun pucat," tutur dokter spesialis anak tersebut.
"Hasil lab anemia ini ketahuan saat anak dirawat karena sakit dengan penyebab yang lain yaitu bronkopneumonia," tambahnya.
- Anak Sering Konsumsi Teh
Jati Kusuma mengungkap, kasus gejala pasien anak yang mengalami anemia defisiensi besi ini, kadar Hbnya akan turun drastis di bawah angka 8.
"Biasanya kalau sudah bergejala, kadar Hb sudah anjlok di bawah 8," ujar dokter spesialis anak tersebut.
Berdasarkan hal itu, Jati Kusuma mengaku telah menelusuri penyebab anjloknya Hb pasien tersebut, yaitu pihak orang tua sering memberikan konsumsi teh kepada anaknya.
"Setelah ditelusuri ternyata pasien ini sering diberikan teh oleh orang tuanya. Karena menurut ayahnya, anak lebih senang jika diberikan teh. Padahal teh ini bisa menghambat penyerapan zat besi," ungkap sang dokter.