Arahpubik.com - Viral curhatan ibu-ibu asal Malaysia di media sosial, tentang pengalaman keluarganya sakit batuk dan demam usai mengkonsumsi anggur shine muscat.
Wanita itu menjelaskan dirinya telah mencuci anggur muscat sebelum memakannya. Namun, keluarganya tetap mengalami sakit batuk dan demam.
"Adalah ini punca batuk dan deman bila makan anggur ini? Kita sudah selalu beli. Selalu perasan satu family (keluarga) jadi batuk-batuk lepas makan walau sudah cuci bersih," ujar seorang warganet dengan akun X @sarinizainal, pada Selasa (29/10/2024).
Baca Juga: Bank Mandiri Catat Realisasi Penyaluran Kredit di Kuartal III 2024 Capai Rp1.590 Triliun
Curhatan ini viral dan menarik perhatian lebih dari satu juta pengguna, dan dibagikan ulang oleh 4,1 ribu pengguna di laman media sosial X.
Anggur Muscat Terkontaminasi Bahan Berbahaya
Berkaca dari kasus itu, membuat Kementerian Kesehatan Malaysia memantau ketat makanan impor anggur muscat yang dinilai mengandung residu bahan kimia berbahaya.
Baca Juga: Mengenal Sosok Wakil Menteri PANRB Purwadi Arianto yang Memulai Karier dari Reserse
Langkah Kemenkes Malaysia ini pun muncul usai Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-PAN) mengumumkan anggur muscat mengandung puluhan residu kimia berbahaya.
Seperti diketahui, Thailand melarang peredaran anggur shine muscat, sebab buah itu diklaim mengandung banyak bahan kimia berbahaya, salah satunya klorpirifos.
Jaringan Peringatan Pestisida Thailand (Thai-Pan) dan Yayasan Konsumen mengumumkan temuannya pada Jumat (25/10/2024).
Baca Juga: BRI Cetak Laba Rp45,36 Triliun hingga Akhir Triwulan III 2024: Konsisten Perkuat Fundamental Kinerja
Organisasi perlindungan konsumen Thailand itu melakukan uji laboratorium terhadap 24 sampel buah anggur yang populer di Thailand mulai dari ritel, pedagang, dan pasar basah.
Uji laboratorium itu menemukan residu 14 bahan kimia berbahaya pada konsentrasi di atas batas aman 0,01 mg/kg.
Secara total, pengujian tersebut juga mendeteksi 50 residu bahan kimia, 22 di antaranya tidak diatur dalam hukum Thailand saat ini, seperti triasulfuron, cyflumetofen, tetraconazole, dan fludioxonil.