Ombak-ombak kecil yang menerpa kayu-kayu penyangga rumah warga di perkampungan itu, justru memberikan prestasi bagi Agnes, di ajang olahraga penyandang disabilitas terbesar Nasional.
Hinaan Jadi Kebanggaan
Sebelum meraih kesuksesan di Peparnas XVII Solo 2024, banyak hambatan yang harus dilalui Agnes M Yowei.
Baca Juga: Kisah Warga Semaya di Nusa Penida: Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut
Sejak mengalami kecelakaan yang menimpa kakinya, dia sering kali menerima banyak cacian, hinaan, hingga cemoohan dari teman-temannya.
“Yang membuat saya sedih adalah saat teman menghina dan selalu mengganggu di sekolah. Itu yang bikin tidak terima,” ucapnya, Rabu (9/10/2024).
“Kenapa saya ini bisa cacat? Kenapa Tuhan kasih saya cacat? Dulunya saya normal, kenapa saat sudah besar dan sekolah baru Tuhan kasih cacat,” curhat Agnes.
Baca Juga: Prabowo Dinobatkan Tokoh Muslim Berpengaruh Dunia, Bersanding dengan MBZ, MBS hingga Erdogan
Cercaan ini meninggalkan luka yang mendalam bagi Agnes. Dia kerap kali meratapi nasibnya.
Nasib Agnes Berubah
Lantas, kehidupannya mengalami perubahan setelah mendapat kesempatan bergabung dengan National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Papua.
Baca Juga: Prabowo Peringkat 18, Ini Daftar 50 Teratas dari 500 Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia 2025
Di tempat inilah, Agnes dipertemukan dengan sesama atlet penyandang disabilitas, terutama ketika berpartisipasi pada Peparnas tahun 2015 di Bandung, Jabar.
"Saat bertemu dengan teman-teman NPCI dari daerah-daerah lainnya. Ternyata mereka ada yang punya kekurangan lebih dari saya. Kenapa mereka bisa bangkit, sedangkan saya tidak bisa,” jelas Agnes.