"Setelah lima tahun menjadi penyandang disabilitas, saya dikenalkan pada komunitas tenis kursi roda Bantul, lalu saya iseng-iseng ke lapangan, lihat-lihat senior main. Lama kelamaan nyoba kursi roda dan raket,” ucap Ndaru.
Baca Juga: Kisah Warga Semaya di Nusa Penida: Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut
Pada Peparnas Riau 2012, Ndaru, sejatinya tidak mau ikut, dengan alasan masih duduk di kelas 1 SMA, dan saat itu bertepatan dengan ujian kenaikan kelas.
“Tahun 2012 ada event Peparnas di Riau, sebenarnya saya tidak tertarik untuk ikut, karena masih sekolah SMA kelas 1, saya gak mau ninggalin sekolah karena mau ujian kenaikan kelas,” ujar Ndaru.
Namun, ucap Ndaru, Namanya telah didaftarkan oleh Pengurus NPC Bantuk, sebagai atlet tenis kursi roda mewakili Yogyakarta.
“Nama saya sudah didaftarkan oleh pengurus NPC Kabupaten Bantul, mau ndak mau saya harus latihan dan ikut,” cerita Ndaru.
“Di situ saya nangis karena takut kalau izin sekolah terlalu lama sampai dua minggu, tapi ternyata dari sekolah mengizinkan,” tambahnya.
Setelah event Peparnas Riau, Ndaru selalu rutin menjadi langganan atlet tenis kursi roda hingga sekarang.
Semangat menyerah dan menggali potensi diri selalu ia gaungkan untuk teman-teman sesama penyandang disabilitas.
"Jangan takut mencoba, jangan bilang enggak bisa. Kalau Sudah nyoba tapi tidak bisa, bisa mencari alternatif lain, tapi kalau belum mencoba tapi bilang tidak bisa itu namanya sudah menyerah,” tegasnya bersemangat.
Didukung Penuh Orang Tua
Dukungan orang tua salah menjadi satu semangat bagi Ndaru setiap mengikuti kejuaraan.