Bangsa Korea masih sulit melupakan sejarah kelam dari penjajahan Jepang. Pada akhir abad ke-19, Semenanjung Korea di bawah Dinasti Joseon terancam dengan modernisasi Jepang pasca Restorasi Meiji tahun 1868.
Bersama negara barat, Jepang memulai industrialisasi besar-besaran dan sangat membutuhkan sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan industrinya.
Dinasti Joseon yang telah berkuasa sekitar 500 tahun, mengalami kemunduran karena kebijakan isolasi dan masih mempertahankan status quo sebagai negara upeti di bawah Dinasti Qing Tiongkok.
Strategi Diplomasi Kapal Perang
Jepang menggunakan strategi yang disebut Big Stick Diplomacy (Diplomasi Kapal Perang) untuk memaksa Korea menjadi negara yang terbuka dan dapat dipengaruhi.
Baca Juga: BAIC BJ40 Plus Raih Penghargaan Mobil Terfavorit ‘Most Driven Car’ di GIIAS Semarang 2024
Mereka mengerahkan kapal perang Unyo untuk membuat Korea menandatangani Perjanjian Pulau Ganghwa pada tahun 1876.
Perjanjian ini memberi keuntungan besar kepada Jepang dengan memaksa Korea membuka tiga pelabuhan untuk Jepang.
Jepang Membasmi Oposisi
Pengaruh Jepang di Korea mulai menggerogoti pemerintahan Joseon dari dalam, terutama setelah kekalahan Tiongkok dalam Perang Sino-Jepang pertama (1894-1895).
Jepang menghancurkan oposisi dengan membunuh Ratu Min dan sekutunya yang anti-Jepang.
Pemerintahan Joseon di bawah Raya Gojong menyadari bahayanya pengaruh Jepang dan meluncurkan Reformasi Gwangmu untuk memodernisasi Korea.
Raja Gojong mendirikan Kekaisaran Korea pada tahun 1897 sebagai simbol modernisasi negara tersebut.***