Namun, dalam situasi yang kritis ini, tiba-tiba seorang tentara Belanda mendapat ide.
Dia tiba-tiba berlalri mengambil tahi dengan sebuah panci. Lalu, ia menumpahkan tahi itu ke bawah, ke arah tentara Mataram berada.
"Praaakkk...!" bunyi suara kotoran manusia mengenai tubuh manusia.
Kotoran itu menimpa kepala, muka, dan menempel di sebagian tubuh tentara Mataram.
Melihat tindakan tentara Belanda itu, teman-temannya langsung meniru cara tersebut. Mereka bersama-sama mengambil tahi, entah dari mana, lalu melemparkannya ke pihak musuh.
Lantaran tidak tahan mencium aroma tak sedap, balatentara Mataram berusaha menghindar, menghentikan serangannya.
Sambil lari kocar-kacir, tentara Mataram berteriak, "Mambet tahi! Mambet tahi!" (Bau tahi! Bau tahi!).
Akhirnya, benteng itu selamat dari kemungkinan pengepungan dan tembakan martir atau mesiu.
Kabar ini pun segera menyebar ke berbagai daerah. Kabar dengan cerita perang paling jorok di dunia yang pernah ada.
Baca Juga: Menkominfo: Cara Berantas Pinjol Ilegal Sama dengan Judi Online
Teriakan tentara Mataram
"Mambet tahi! Mambet Tahi!"
Konon, dari teriakan-teriakan itu, muncul istilah sekaligus nama Betawi. Secara bergurau, banyak orang mengatakan, teriakan tentara Mataram itulah asal-muasal tanah Betawi.
Kisah pelemparan tahi ini bukan cerita fiksi, namun kisah nyata.
saat kejadian itu, ada seorang pegawai VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) bernama Seyger van Rechteren. Ia menyaksikan langsung peristiwa itu, lalu mencatatnya.
Pada saat itu, Rechteren berada di dalam benteng Maagdelin.***
Artikel Terkait
Selamat Hari Pramuka ke-62! Ini Link Twibbon dan Sejarah Pramuka