Tangis Guru Madrasah Pecah Saat Tuntut Kesejahteraan ke Fraksi PKB DPR

- Selasa, 17 Desember 2024 | 13:13 WIB
Guru madrasah yang tergabung dalam FGSNI saat menyampaikan aspirasinya kepada Fraksi PKB DPR RI, Senin (16/12/2024).  (Foto: Tim Media PKB)
Guru madrasah yang tergabung dalam FGSNI saat menyampaikan aspirasinya kepada Fraksi PKB DPR RI, Senin (16/12/2024). (Foto: Tim Media PKB)

Arahpublik.com – Perwakilan Forum Guru Sertifikasi Nasional Indonesia (FGSNI), Safarudin Nasution, tak kuasa menahan tangis di Ruang Rapat Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR, Senin (16/12/2024).

Pada momen itu, Safarudin Nasution, terlihat berulang kali menghapus air mata saat menyampaikan aspirasinya kepada Fraksi PKB DPR RI.

“Apa salah kami yang tidak beruntung ini? Pikirkan kami yang sudah berjuang demi masa depan bangsa tapi nasib kami belum jelas,” ungkap Safarudin.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Sebut Rumah Sakit hingga Sekolah yang Kena PPN 12 Persen Mulai 1 Januari 2025

Pria empat anak itu pun lalu menceritakan perjalananan hidupnya sebagai seorang guru selama 21 tahun.

Safarudin bercerita, saat pagi dirinya mengajar di Raudhatul Athfal (setingkat TK) dengan gaji hanya Rp20 ribu sebulan.

Kemudian, pada siang harinya, Safarudin berkeliling dari rumah ke rumah untuk menjajakan ikan asin. Sepulang berdagang, ia tak istirahat, melainkan mengajar di Madrasah Diniyah.

Baca Juga: Tiga Fakta Pemecatan PDIP Terhadap Jokowi, Salah Satunya Anak dan Mantu Turut Dipecat, Ini Kata Pengamat!

“Saya harus lakukan itu semua agar anak istri bisa makan,” ucap Safarudin sambil terisak.

Segala keterbatasan yang dimiliki, Safarudin harus bertahan menjalani hidup. Ia mengaku mencintai profesinya sebagai seorang guru.

Oleh karena itu, kedatangannya bersama beberapa perwakilan FGSNI dari seluruh Indonesia di Fraksi PKB untuk menyampaikan aspirasi mereka.

Baca Juga: Jokowi Resmi Dipecat, PDIP Ungkap Sanksi hingga Larangan Ayah Gibran Duduki Kursi Jabatan Atas Nama Partai

Hal yang sama juga diungkapkan seorang guru dari Sumatera Selatan, bernama Abdul Karim, yang telah mengabdi sebagai seorang guru honorer selama 20 tahun.

Selama itu pula, Abdul Karim mengeluhkan tidak ada peningkatan kesejahteraan yang ia dapatkan sebagai seorang guru.

“Saya bicara dari lubuk hati paling dalam. Saya ikhlas demi kemajuan anak-anak madrasah. Tapi tak ada perkembangan masa depan kami,” ucap Abdul Karim.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: M. Rain Daling

Sumber: Rilis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X