Di tengah kesibukan sebagai pimpinan pesantren, dirinya juga menjabat sebagai kepala Jawatan Penerangan (Kominfo saat ini) Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes.
Kiai Syihabuddin menikah dengan Siti Fatimah, putri dari Kiai Imam Balfaqih Somalangu, Kebumen.
Korban Fitnah
Kiai Bantarkawung ini merupakan anggota dari partai Masyumi yang berhaluan islam. Namun, kala itu, dalam tubuh Masyumi terdapat tokoh islam ekstrimis dari anggota DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia).
Kiai Syihabuddin tidak mengikuti langkah tokoh ekstrimis yang memberontak negara. Tampaknya, sikap Kiai Syihabuddin ini membuat para tokoh ekstrimis geram.
Apalagi, Kiai Syihabuddin ini juga sebagai pegawai pemerintahan. Hal tersebut membuat pihak yang tidak senang semakin dibuat kesal.
Baca Juga: Rutin Baca Al-Quran, Penglihatan dan Ingatan Mbah Minah di Usia 93 Masih Jelas
Karena itu, mulai muncul seseorang yang menggembos-gemboskan api fitnah dengan slogan, "Kyai Syihabuddin pro pemerintah, anti DI/TII."
Hal ini lantaran ketika pasca kemerdekaan itu, banyak ideologi berkembang, baik kiri maupun kanan.
Rupanya, fitnah yang disematkan kepada Kiai Syihabuddin berpengaruh pada oknum santri asuhannya.
Dengan tega, seorang santri ini tersulut gembosan fitnah tersebut. Tanpa pikir panjang, murid kiai tersebut pun membunuh gurunya sendiri.
Terkait kasus ini, berdasarkan pengakuan salah satu cucu dari kiai Syihabuddin, saat ia menceritakan perihal DI/TII yang membunuh kakeknya, sontak mendapat teguran dari seseorang. Orang ini bahkan mengaku sebagai pembunuh tersebut.
"Aku yang membunuh kakekmu. Jangan macam-macam, nanti kubunuh sekalian," ujar keturunan Kiai Syihabuddin dengan menirukan gaya bicara seseorang yang pernah menegurnya.
Baca Juga: Wisata Jembatan Kaca di Tangerang, Memacu Adrenalin
Keturunan
Kiai Syihabuddin memiliki delapan keturunan.
- Abdurrohim (menetap di Bantarkawung. Ia meninggal pada zaman perjuangan).
- Muhsonah (menetap di Slawi, Tegal. Suaminya, Casmudi, seorang TKR [Tentara Keamanan Rakyat] yang pensiun pada tahun 1970 sebagai Letnan I TNI).
- M. Syahid Hadisusmono (menetap di Bantarkawung).
- Ma'sumah (menetap di Bantarkawung).
- Mabruroh (menetap di Bantarkawung).
- Kyai Muhaimin (menetap di Slarang Kidul, Tegal).
- Muhammad (menetap di Bakulan, Tegal).
- Ibnu Hajar (menetap di Magelang).
Baca Juga: Waspada Modus Penipuan: Tak Pernah Order, Paket Datang