• Selasa, 17 September 2024

Refleksi Kemerdekaan: Kota Berkelanjutan untuk Indonesia Maju

- Rabu, 16 Agustus 2023 | 13:58 WIB
Sekretaris Daerah Kota Semarang, Iswar Aminuddin, MT. (FOTO: Dok. Pribadi)
Sekretaris Daerah Kota Semarang, Iswar Aminuddin, MT. (FOTO: Dok. Pribadi)

Pemerintah telah menetapkan tema 17 Agustus 2023 pada perayaan HUT ke-78 Kemerdekaan RI adalah "Terus Melaju untuk Indonesia Maju". Tema ini dipilih untuk mencerminkan keberlanjutan pembangunan, semangat estafet, dan semangat untuk terus maju yang selaras dengan visi Indonesia 2045 : Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur.

Oleh: Iswar Aminuddin, MT (Sekretaris Daerah Kota Semarang)

Untuk mewujudkan visi tersebut pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Tahun 2019 telah menyusun 4 (empat) pilar guna mensukseskan visi tersebut. Yaitu: (1). Pembangunan Manusia Serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (2). Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, (3). Pemerataan Pembangunan, serta (4). Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan.

Keempat pilar tersebut diatas dibangun diatas Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar berbangsa, bernegara dan berkonstitusi yang sesuai dengan tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Dalam konteks pembangunan sebuah kota, perspektif Hari Kemerdekaan Republik Indonesia kali ini memiliki arti penting dalam membangun sebuah kota yang lebih maju, berdaya saing, dan berkelanjutan. Hari Kemerdekaan adalah momen penting untuk merayakan jati diri bangsa dan semangat patriotisme.

Untuk itu pembangunan Kota Semarang selayaknya mencerminkan nilai-nilai tersebut, memperkuat identitas nasional, dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan demi menuju visi Indonesia 2045.

Peran Kota Semarang dalam Sejarah: Dari Masjid Kauman, Radio Hoso Kyoku Hingga Pertempuran Lima Hari!

Sebagai salah satu kota penting dalam sejarah Indonesia, Semarang memiliki peran yang khusus dalam pembentukan Republik Indonesia. Jika kita telusuri banyak kisah-kisah menarik untuk diikuti.

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Ulil Albab Alshidqi (serat.id), diceritakan bahwa berita proklamasi kemerdekaan terdengar dari Kantor Berita Domei cabang Semarang ketika itu, Jumat (17 Agustus 1945). Meski belum secara resmi, siaran Radio yang hanya bisa didengar oleh segelintir orang itu kemudian menyebar secara cepat.

Karena bertepatan dengan hari Jumat, Jamaah shalat Jumat di Masjid Kauman, yang terletak di Jalan Alun-Alun Barat Kota Semarang menjadi saksi lantangnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan melalui mimbar masjid Kauman.

"Jamaah menunggu, namun khotbah tidak segera mulai. Akhirnya, justru lebih dulu mendengar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,” tulis Departemen Penerangan dalam Provinsi Djawa Tengah.

Tak hanya terdengar oleh warga yang hadir di Masjid Kauman. Berita proklamasi juga tersebar melalui Radio Semarang Hoso Kyoku (kini menjadi RRI Semarang). Siaran tersebut terdengar luas di penjuru Kota Semarang dalam waktu singkat.

Meski saat itu, Kota Lama atau Semarang sendiri belum bergabung ke dalam NKRI, karena pasca proklamasi kemerdekaan tantara Jepang masih berkuasa, para pemuda Semarang berinistaif dan berhasil membentuk Komite Nasional Indonesia dan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) pada tanggal 19 dan 20 Agustus 1945.

Aksi heroik para pemuda Semarang terus berlanjut dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hingga meletus perlawanan para pemuda yang kita kenal dengan Pertempuran Lima Hari yang terjadi 15-20 Oktober 1945.

Sejarawan Jongkie Tio dalam bukunya Kota Semarang Dalam Kenangan, mencatat bahwa Pertempuran Lima Hari yang terjadi di Semarang adalah peristiwa yang monumental bagi rakyat Semarang. Para pemuda nekat menyerbu lapangan terbang Kalibanteng, merebut senjata dan menawan sekitar 40 tentara Jepang di Penjara Bulu.

Halaman:

Editor: M. Rain Daling

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X