Kaesang dan Bobby Bangga Sebagai Keluarga ‘Mulyono’, Sebuah Perlawanan? Begini Fenomena Politik di Indonesia

- Senin, 30 September 2024 | 20:09 WIB
Potret Cagub Sumatera Utara Bobby Nasution di Pilkada 2024.  (Foto: Instagram.com/@bobbynst)
Potret Cagub Sumatera Utara Bobby Nasution di Pilkada 2024. (Foto: Instagram.com/@bobbynst)

Untuk memahami fenomena yang terjadi, mari menyelami fenomena politik demokrasi di Indonesia.

Fenomena Politik di Indonesia

Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno mengatakan, fenomena demokrasi di Indonesia harus menjadi pelajaran penting.

Baca Juga: PKB Minta Kemendikbud Luruskan Sejarah Perihal Pelengseran Gus Dur: Tarik Buku dan Referensi Terkait TAP II/MPR/2001

"Fenomena demokrasi elit ini mesti jadi pelajaran penting bagi siapapun yang tak berpartai, tapi punya syahwat kekuasaan," kata Adi dalam unggahan Instagram pribadinya @adiprayitno.official, pada 10 Agustus 2024 lalu.

Adi mengungkap, politik di Indonesia itu sederhana dan tidak perlu 'dibawa perasaan' saat para elit politik tampil di hadapan publik.

"Jangan pernah baper, jangan di bawa ke hati. Hari ini lawan besok bisa kawan. Prinsip utama politik mendapat keuntungan pribadi dan kelompok. Ya, mendapat kekuasaan dengan cara apapun" ungkapnya.

Baca Juga: Tiga Tahun, Bukti Konsistensi Pertamina Dukung Ajang MotoGP di Indonesia: Berkontribusi Bagi Perekonomian Nasional

Adi juga menilai, praktik politik yang terjadi kerap brutal dan membabi buta. Menurutnya, fenomena itu semua demi keuntungan politik belaka.

"Berbohong dan ingkar janji perkara biasa. Bahkan, ada yang rela menghabisi partainya sendiri. Semua demi keuntungan politik," tandasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Presiden RI Jokowi yang menyoroti Pilkada dan Pilpres yang kerap dilakukan dengan berbagai cara untuk menarik perhatian publik.

Baca Juga: Kontingen Jateng Bidik Juara Umum Peparnas 2024 di Solo Raya, Nana Sudjana: Berjuang Semaksimal Mungkin

Jokowi menilai, hal itu terkadang membuat publik merasa tersinggung karena perbedaan pilihan politik.

"Meski sudah ada Pemilu Presiden 2014 empat tahun lalu, rasa tidak suka dan benci akibat perbedaan pilihan politik masih terasa hingga sekarang," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu, 24 Oktober 2018 lalu.

Fenomena ‘konflik’ yang melibatkan Kaesang maupun Bobby di media sosial juga erat kaitannya dengan kemunculan oligarki modern di Indonesia.

Halaman:

Editor: M. Rain Daling

Sumber: Setkab RI, JSTOR Org, 360 Org

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X