Baca Juga: Golkar dan PAN Resmi Usung Prabowo Subianto Maju Pilpres 2024, Prabowo Kantongi 4 Parpol
Baden-Powell menerapkan kepramukaan kepada 21 orang pemuda dengan cara berkemah di pulau Brownsea, Inggris, selama delapan hari pada tahun 1907.
Hal itu ternyata membuahkan hasil. Pada akhirnya Baden-Powell menulis buku berjudul Scouting for Boys. Melalui buku ini, kepanduan masuk ke Indonesia.
Pada tahun 1950–1960, semakin banyak organisasi kepanduan yang tumbuh. Di antaranya berhubungan dengan partai politik. Keberadaan kepanduan itu pun dinilai tidak efektif untuk pembangunan generasi muda dan pembangunan bangsa.
Oleh sebab itu, Presiden Soekarno memberikan amanat kepada pimpinan Pandu di Istana Merdeka. Ia ingin organisasi kepanduan lebih efektif sebagai satu komponen bangsa yang potensial dalam membangun bangsa dan negara.
Baca Juga: Kasus perkelahian mantan atlit MMA berakhir duel di Ring
Selanjutnya, selaku mandataris MPRS kala itu, Soekarno menyatakan bubar kepada organisasi kepanduan di Indonesia. Namun, organinasi ini berubah menjadi organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang tunggal, yaitu Gerakan Pramuka untuk melaksanakan pendidikan kepanduan kepada anak-anak dan pemuda Indonesia.
Lambang tunas kelapa, yang ada di Gerakan Pramuka, merupakan bentuk Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 238 tahun 1961 pada 20 Mei 1961.